Penggunaan
istilah promosi penjula sering disama artikan dengan promosi hanya terbedakan
dari sudut bauran pemasaran yaitu product, price, place dan promotion, tetapi
secara umum dua istilah ini dapat diatikan secara sama.
Promosi
mengacu pada setiap insentif (tambahan atas manfaat dasar yang diberikan oleh
merek dan untuk sementara dapat mengubah harga atau nilai yang ditawarakan)
yang digunakan oleh produsen untuk memicu transaksi atau konsumen untuk membeli
suati merek serta mendorang tenaga penjualan untuk secar agresif untuk
menjualnya.
Sasaran Promosi
Tenaga
penjual, para penjual ritel dan konsumen merupakan sasaran dari usaha promosi
penjualan.
1. Diskon
dan program lain yang mendukung periklanan akan mendorong penjualan ritel untuk
memasok dan mempromosikan suatu merek.
2. Kupon,
sampel dan premi akan mendorang konsumen untuk membeli merek atas atas dasar
percobaan atau pengulangan.
3. Untuk
tenaga penjual perlu diberika peralatan yang mendukung dalam melakukan
penjualan suatu merek sehingga akan menambah keagresifan dari para penjual juga
lebih menarik perhatian dari konsumen.
Pertumbuhan Promosi Penjualan
Pengeluaran
untuk iklan sebagai persentase dari total biaya komunikasi pemasaran telah
menurun belakangan ini, sementara pengeluaran untuk promosi telah meningkat
dengan pesat.
Terdapat
dua istilah yang sering digunakan dalam penjelasan promosi penjualan:
a.Mendorong
(push): perusahaan mengarahkan
penjualan dengan mendorong tenaga penjual ataupun pedagang ritel.
b.Menarik
(pull): promosi merek ditujukan
langsung kepada konsumen.
Meningkatkan Alokasi Anggaran untuk
Promosi
Menurut
penelitian dari tahun ke tahun anggaran yang awalnya disediakan untuk melakukan
periklanan telah bergeser untuk melakukan promosi.
Ketika
tingkat periklan menurun dan promosi penjualan meningkat maka ada yang
mendasarinya. Perkembangan yang mendasari pertumbuhan promosi penjualan:
1. Pergeseran
balance of power antara produsen versus pengecer
i.
Sebelumnya produsen lebih berkuasa daripada
pengecer karena dua alasan: (1) produsen melakukan tarikan langsung kepada
konsumen dan menuntut para pengecer untuk menangani merek mereka, (2) pengecer
hanya mengetahui informasi dari produsen.
ii.
Tetapi sejak televisi menjadi media
iklan yang paling efektif dan munculnya teknologi alat pemindai optik, para
pengecer mulai ikut menentukan apa saja yang menjadi persyaratan penjualan,
bukan lagi persyaratan produsen semata.
2. Peningkatan
paritas merek dan sensitivitas harga
i.
Semakin banyak merek yang saling
bersaing, tanpa ada merek yang memiliki keunggulan yang berbeda lagi. Dalam hal
ini konsumen menjadi semakin memperhatikan harga dan insentif harga sebagai
cara untuk membedakan paritas merek.
3. Penurunan
loyalitas merek
i. Saat
ini konsumen tidak lagi loyal pada merek daripada sebelumnya. Konsumen pada
akhirnya hanya membeli produk-produk yang memberikan promosi saja.
4. Terpecahnya
pasar missal dan berkurangnya efektivitas media
i. Efektivitas
periklanan semakin menurun yang diakibatkan oleh: (1) gaya hidup konsumen
semakin beragam, sehingga media periklanan memiliki daya tarik yang semakin
sempit; dan (2) semakin meningkatnya kekusutan iklan dan ekskalasi biaya media.
5. Penekanan
pada hasil jangka pendek dalan stuktur corpotare-reward
i.
Struktur imbalan dalam perusahaan-perusahaan
yang diorganisir sebagai lini manajemen-merek menekankan respons penjualan
jangka pendek dan bukan pertumbuhan jangka-panjang yang lambat.
6. Para
konsumen yang responsive
i. Konsumen
saat ini memberi respons yang baik pada kesempatan menghemat-uang dan promosi
penjualan bernilai tambah lainnya.
Kemampuan Promosi Penjualan
Promosi
tidak dapat menyebabkan perubahan besar, tetapi dapat melaksanakan tugas-tugas
berikut:
1.
Merangsang antusiasme tenaga penjualan
untuk menjual produk baru, yang dikembangkan, atau lama.
Promosi
penjualan yang menggembirakan akan memberikan amunisi kepada wiraniaga untuk
membujuk pembeli.
2.
Memperkuat penjualan merek yang sudah
lama.
Promosi
dapat memperkuat penjualan produk yang sudah matang atau lama yang memerlukan
darah segar.
3.
Memfasilitasi pengenalan produk dan
merek baru kepada dunia perdagangan.
Promosi
penjualan ditujukan kepada para pengecer agar mau menjual produk-produk dan
merek-merek baru.
4.
Menambah on-shelf dan off-shelf
space untuk barang dagang.
Promosi
penjualan memungkinkan produsen untuk memperoleh rak penyimpan barang ekstra
untuk sementara.
5.
Menetralisir periklanan dan promosi
penjualan kompetitif.
6.
Mendapatkan pembelian percobaan dari
para konsumen.
Para
pemasar bergantung pada sampel gratis, kupon, dan promosi penjualan lainnya
untuk mendorong pembelian.
7.
Mempertahankan para pemakai saat ini
dengan mendorong pembelian ulang.
Dengan
memberikan program refund,
undian, dan berbagai program kontinuitas lainnya.
8.
Meningkatkan pemakaian produk dengan meloading konsumen.
Promosi
yang berorientasi transaksi akan mempengaruhi konsumen untuk membeli lebih
banyak daripada biasanya.
9.
Memenangkan persaingan dengan meloading konsumen.
10.
Memperkuat periklanan.
Sebuah
kampanye periklanan dapat diperkuat dengan usaha promosi penjualan yang
terkoordinasi dengan baik.
Keterbatasan Promosi Penjualan
- Ketidakmampuan untuk memberi kompensasi kepada tenaga penjualan yang kurang terlatih atau kurangnya periklanan.
Lemahnya
tenaga penjualan, kurangnya kesadaran akan merek, lemahnya citra merek, dan
berbagai sebab lainnya hanya dapat diatasi oleh manajemen penjualan dan usaha
periklanan yang benar.
- Tidak dapat menyediakan profesi atau pedagang atau konsumen alasan jangka panjang yang memaksa untuk terus membeli suatu merek.
- Ketidakmampuan untuk secara permanen menghentikan tren penjualan merek yang menurun atau mengubah penolakan dasar atas produk yang tidak diinginkan.
Generalisasi tentang Promosi
Penjualan
• Telah dilakukan berbagai riset tentang
fungsi dan efektivitas promosi penjualan. Hasil-hasil riset tersebut dapat
dirangkum ke dalam 9 generalisasi empiris berikut:
1. Penurunan
harga ritel untuk sementara secara substansial akan meningkatkan penjualan
(disebut sales spikes).
2. Semakin
besar frekuensi deals
(transaksi) semakin rendah puncak
deals spike.
3. Frekuensi
deal mengubah harga referensi
konsumen.
4. Para
pengecer mengalami kurang dari 100 persen trade deal.
5. Pangsa
pasar merek yang lebih tinggi kurang lentur terhadap deal.
6. Promosi
yang diiklankan dapat menyebabkan meningkatnya lalu lintas toko.
7. Fitur
periklanan dan display yang
beroperasi secara sinergis untuk mempengaruhi penjualan merek yang dikenakan
diskon.
8. Promosi
dalam satu kategori produk mempengaruhi penjualan merek dalam kategori
komplementer dan kompetitif.
9. Dampak
mempromosikan merek-merek bermutu lebih tinggi atau lebih rendah adalah
asimetris.
Dealing Promosi tidak selalu Menguntungkan
Daya
Respons Konsumen terhadap Deal
Promosi
Volume
penjualan sebuah merek hampir selalu meningkat selama periode penawaran kupon
atau price-on deal. Akan tetapi
kenaikan volume penjualan ini tidak langsung meningkatkan laba. Pasar untuk
setiap kategori produk terdiri dari konsumen yang memiliki daya respons yang
berbeda terhadap deal.
Konsumen-
on-deal only (S8): konsumen
yang hanya membeli bila suatu merek sedang on-deal.
- Konsumen on-deal dan off-deal: (Loyalis: konsumen yang membeli merek yang sama secara berulang apabila tidak ada merek yang sedang on-deal.)
- Loyalis non-deal-prone (S1): konsumen yang konsisten membeli satu merek dan tidak dipengaruhi oleh deal.
- Loyalis deal-prone
Loyalis
penimbun barang (S2): hanya membeli satu merek dan loyal terhadap merek itu di
samping memanfaatkan penghematan dengan menimbun barang saat on-deal.
Loyalis
eksepsionis (S3): meskipun loyal terhadap satu merek yang sedang off-deal, namun akan mempertimbangkan
pengecualian dan membeli merek lain yang tidak disukai apabila merek itu, dan
bukan merek yang mereka sukai, sedang on-deal.
Loyalis
eksepsionis-penimbun barang (S4): seperti loyalis eksepsionis tetapi juga
menimbun merek lain yang sedang on-deal.
- Switchers: konsumen yang, meskipun semua merek off-deal, namun tetap beralih ke merek lain
Switchers non-deal-prone
(S5): konsumen sering berganti merek karena kebutuhan pembaruan dan bukan
memanfaatkan deal.
Switchers deal-prone:
Switchers
bukan penimbun barang (S6): sangat responsif terhadap deal tetapi tidak membeli kuantitas ekstra jika setiap merek
yang sesuai sedang on-deal.
Switchers
penimbun barang (S7): memanfaatkan peluang deal dengan membeli berbagai unit apabila setiap merek yang
sesuai sedang on-deal.
Implikasi Laba untuk Setiap
Kategori Promosi
- Promosi yang tidak sensitif (segmen 1 dan 5)- Jika pangsa pasar seluruhnya terdiri dari konsumen yang tidak sensitif terhadap deal promosi, maka tidak akan menguntungkan untuk menempatkan merek on deal. Hal ini disebabkan karena promosi yang tidak sensitif tidak akan mengubah perilaku pembelian mereka sebagai kegiatan dealing.
- Loyalis penimbun barang (segmen 2)- Jika semua konsumen merupakan loyalis penimbun barang, maka kegiatan dealing juga tidak akan menguntungkan. Deal hanya akan meningkatkan volume penjualan jangka pendek, tetapi tidak menguntungkan.
- Promosi sensitif yang tidak menimbun barang (segmen 3 dan 6)- Pada kategori konsumen ini, depresi penjualan muncul akibat promosi pesaing.
- Promosi sensitif yang menimbun barang (segmen 4 dan 7)- Pada konsumen kategori ini, garis penjualan didepresi baik oleh kegiatan dealing-nya sendiri maupun dealing kompetitif.
- Konsumen on-deal-only (segmen 8)- Promosi ke suatu pasar yang didominasi oleh konsumen on-deal only akan memberikan keuntungan bagi produsen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar